Pages

Minggu, 15 April 2012

Bakti Sosial Badan Tadzkir FK

Alkisah dimulai dari gue yang ikut Bakti Sosial di Kec. Lolak, Kab. Bolaang Mongondow. Gue yang awalnya gak mau ikut, tapi karena ada panggilan alam makanya gue ikut. Panggilan alam? Jauh banget panggilan itu. Mungkin karena faktor matahari terbit dari timur dan terbenam di barat. Ingat itu adik-adik.

Oke. Gue yang hari itu, hari jumat sore berangkat bareng sama adik tingkat yang se-kostan. Kita berkumpul di masjid Firdaus yang terletak di Lorong Pencak. Kita berangkat ke Lolak pukul 08.00 pm -  00.30 am. Kita pun menginap di bawah atap rumah warga desa Solog. Yang kebetulan rumah dari mahasiswi angkatan 2011 Keperawatan.

blablablablablablablablabla..................................

Keesokan harinya.
Kami berkumpul di Kantor Kecamatan untuk menjalankan tugas sebagai relawan. Untuk Kedokteran Umum dan Keperawatan, merela melakukan tindakan sirkumsisi atau sunatan masal serta pemberian obat gratis, dan untuk Kedokteran Gigi, melakukan pemeriksaan gigi dan mulut serta melakukan tindakan scaling atau pembersihan karang gigi. Semua berjalan lancar. Dari pagi sampai sore atau sadistisnya sore sedikit menjelang magrib lah.

Sambil memerhatikan pasien yang bakal ikhlas membuka mulut mereka dan mengeluarkan bau jigong untuk kami periksa membutuhkan waktu dan usaha yang besar. Disamping menunggu siapa yang mendaftarkan diri, kami juga melakukan usaha promotif dan menawarkan kepada masyarakat untuk kami periksa. Kebetulan mereka sedang mengantarkan anak mereka untuk disunat. Banyak hal yang gue perhatiin dari sikap masing-masing pasien. Kali ini bukan hanya teori yang gue dengar dari dokter saat kuliah pakar tentang sikap pasien yang bermacam-macam, tapi kali ini gue mengalaminya sendiri dan melayani langsung pasien yang ingin dibersihkan giginya. Pengen jelasin, tapi ini rahasia jabatan yah :)

1 lagi tingkah yang gue dapat dari si pasien. Tapi kali ini pasiennya anak kecil. Kenapa anak kecil harus takut dengan alat Dokter Gigi? Kenapa anak-anak harus rewel dulu sebelum diperiksakan giginya kepada dokter gigi? Apa mereka takut dengan alat sonde yang berbentuk seperti ini?

Padahal alat ini bukan untuk membunuh gigi dari si sang anak. Lihat kaca mulut saja, hanya kaca mulut dia sudah merengek dan memeluk ibunya. Ini gambarnya yang saya potret semenjak berada di depan si pasien.

Si cowok yang berada di depan ibu ini merupakan kakak ko-ass angkatan 2005. Kakak ini sedang melakukan anamnesa dengan si pasien. Tapi si pasien malah cuek tuh. Baca: pasien = anak.

Setelah turun langsung melayani pasien dalam keadaan seperti ini memang membutuhkan tenaga yang kuat. Apalagi berdiri dengan hanya 2 kaki berjam-jam untuk melayani beberapa pasien. Bukan 1 gigi saja yang di scaling. 1 pasien aja udah bisa memakan waktu berjam-jam. Apalagi menggunakan alat scaling manual. Jadi, berterima kasihlah kepada setiap dokter gigi yang merawat gigi anda. Karena hanya untuk anda, mereka rela berdiri dengan kekuatan 2 kaki sekaligus.

Blablablablabla.
Potret dulu sewaktu habis kegiatan sore itu.

Udah selesai. Capek, pengen tidur dulu.
Ambil hikmahnya yah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar