Pages

Kamis, 10 Maret 2016

Kisah Jelita Anak Malang

Banyak orang yang mendeskripsikan bahwa kesedihan itu selalu membawa dampak buruk bagi kehidupan, contohnya seperti sedih yang berakhir dengan bunuh diri. Tragis untuk mengakhiri sebuah kehidupan. Tuhan memberikan kita kesempatan hidup untuk melanjutkan amanah yang diberikan oleh-Nya. Bukan untuk menyia-nyiakan apa yang sudah diberikan.

Suatu hari, ada seorang anak perempuan yang selalu taat dan berbakti kepada orang tuanya. Ibunya ialah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah bersebelahan dengan rumah kecil mereka. Ayahnya ialah seorang tukang ojek yang keseharian menghabiskan waktu di jalan untuk mencari uang.

Jelita, nama anak perempuan itu. Ia sekarang menginjak umur ke 15 tahun. Ia anak satu-satunya dalam keluarga itu. Jelita ialah anak yang penurut dan sopan. Ia sering membantu ibunya bekerja di rumah tetangganya. Ia tak pernah mengeluh untuk mengerjakan apapun yang diperintah majikannya juga. Sekarang ia sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Suatu ketika, Jelita sedang di rumah bersama ayahnya. Ia selalu disuruh dan dipukul ketika ibunya tidak di rumah. Ayahnya selalu membentaknya hingga ia selalu berdiam diri di kamar mandi karena tidak tahan mendengar teriakkan ayahnya. Saat ibunya datang tepat pukul 10 malam barulah ia bisa keluar kamar mandi dengan alasan "saya baru pulang habis ngerjain PR di rumah Meli, Bu. Makanya baru selesai bersih-bersih", jelasnya ketika baru keluar dari kamar mandi sambil menutup mukanya seakan membersihkan muka yang baru di cuci untuk menutupi matanya yang bengkak karena selesai menangis.

Selama seminggu, sepulang sekolah Jelita selalu dijemput ayahnya untuk menutupi kejahatannya selama di rumah. Sesampai di rumah Jelita harus dimarahi dan diancam terlebih dahulu sehingga ia sering tidak makan karena harus mengurung diri di kamar mandi hingga ibunya pulang kerja.
Suatu hari, Jelita sakit. Ibunya bahkan tidak masuk kerja untuk mengurusnya di rumah. Badannya panas dan ada bekas pukulan di badannya. Ibunya sangat bingung kenapa badannya bisa sampai memar seperti itu. Jelita tak menjelaskan apapun kepada ibunya karena takut nanti dimarahi ayahnya. Sudah hampir dua minggu Jelita tak kunjung sembuh. Ibunya semakin panik dan bingung harus bagaimana karena tak punya cukup uang untuk membawa Jelita berobat ke rumah sakit. Ibunya khawatir kalau nanti pengobatannya sangat mahal. Ayahnya hanya bisa diam sambil berkata "sudahlah, Bu. Nanti juga paling ia sembuh. Mungkin dibawa ke Puskesmas saja". Namun ibunya masih tetap khawatir karena Jelita semakin parah.

Hingga suatu hari, Jelita meninggal. Penyebabnya selama seminggu ia tidak pernah makan karena harus bersembunyi di dalam kamar mandi. Ia selalu tak sempat untuk makan pagi karena buru-buru ke sekolah sebelum ibunya pergi bekerja dan melarikan diri dari ayahnya sebelum dilarang ke sekolah. Siangnya dijemput dan harus dibentak lagi. Malamnya sudah tak sempat makan karena sudah larut dan dia harus tidur karena sudah mengantuk. Selama di sekolah, Jelita pun tidak membeli jajanan sekolah karena tidak dikasih uang jajan oleh ayahnya. Padahal ibunya sering menitip uang jajannya kepada ayahnya.

Ayahnya hanya bisa terdiam ketika kejadian itu. Ibunya hanya terus menangis dan menyesali karena tidak pernah mengurus anaknya. Ibunya tidak pernah tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ayahnya hanya selalu menyalahkan ibunya karena tidak mengurus Jelita dengan baik.

Rabu, 09 Maret 2016

US

Menurut sebagian orang menganggap bahwa hari ini menjadi hari yang paling bersejarah selama mereka hidup karena telah menyaksikan fenomena yang jarang sekali terjadi yaitu gerhana matahari. Dimana gerhana matahari saat ini telah muncul di bagian negara Indonesia tepatnya pada beberapa titik wilayah Indonesia seperti di Ternate, Palu, Bangka Belitung, Palembang, maupun kota-kota lainnya.
Ada juga yang menganggap bahwa hari ini menjadi hari yang membahagiakan lebih dari melihat langsung terjadinya gerhana matahari karena sang ibu baru saja melahirkan anaknya ke dunia tepat dengan peristiwa sinar matahari yang ditutupi oleh bulan. Mungkin namanya dinamakan Gerhana, Bulan, Hari, maupun Hana.
Sebagian orang juga menganggap bahwa hari ini menjadi hari yang menyedihkan. Entahlah menyedihkan dalam hal apa, tapi soal ini saya tidak akan membahasnya berhubung kalau memikirkan kesedihan ada banyak titik pembicaraan yang akan saya uraikan.

Menurut saya, hari ini biasa saja seperti hari-hari sebelumnya when my boyfriend must to go back to his hometown. Ada rasa sedih seperti biasa yang saya rasakan hehehe. Mungkin terlalu lebay kalau saya menceritakan hal ini. Namun, perempuan mana, sih, yang ga sedih ketika ditinggal pergi sementara oleh pacarnya? :p

Ada banyak cerita yang kita bahas ketika kita saling berjumpa.
Saya mendengar ceritanya, begitu pula sebaliknya.
Ada cerita lucu maupun pengalaman pribadi yang kita bagi bersama.
Dia menceritakan banyak hal mengenai kita, saya, dia, kamu, mereka, yang pernah terlibat dalam skenario yang kita jalani bersama selama kurang lebih lima tahun menjelang enam tahun.
Saya mendengar dengan saksama mengenai cerita itu hingga sepertinya saya kurang percaya namun kaget karena peristiwanya sudah lewat mungkin sekitar tiga atau empat tahun lalu. Tapi, saya mencoba untuk tetap mendengar hingga akhirnya dia selesai menjelaskan semua pertanyaan yang mengganjal di otak saya. Ada rasa kecewa dan sedih. Mau bagaimana lagi kalau kejadiannya sudah lewat. Saya sudah terlalu lelah untuk marah karena stock nya saja rasanya sudah habis hehehe.
Tapi sekarang sudah sekarang. Saya memang orang yang paling susah melupakan sesuatu yang terjadi apalagi itu sudah fatal. Untung saja saya dalam keadaan on mood lah, ya hahaha. Jadinya saya sudah tak terlalu pusing membayangkan hal yang aneh-aneh.
Syukurlah he is a good boyfriend about me, ya. Karena dia bisa mengalihkan pembicaraan menjadi nyaman, tenang, dan ga kaku satu sama lain. Itulah asiknya ngobrol empat mata. Pantas aja programnya Tukul Arwana "Empat Mata" bisa bertahan lama di stasiun TV.



Us is us. Us still us. Us never come back become you and i again. Us always us. Aamiin.

Kamis, 03 Maret 2016

2016

Lama rasanya tidak berbagi pengalaman di sini. Sudah hampir setahun tidak bermain dengan jari-jari maupun otak yang selalu menyuruh untuk menulis apa yang sudah ia pikirkan hanya sekedar mengingat kisah-kisah terindah.

Saya sudah menjalani co-ass selama 3 semester. Banyak pengalaman yang saya dapat termasuk hal-hal menyenangkan maupun menyedihkan. Tak sekedar itu, melainkan pengalaman berbisnis sambil co-ass itu ternyata asik juga. Lumayan buat jajan.

Saya langsung teringat kejadian beberapa tahun lalu, awal-awal saya menulis di blog ini dan selalu ramai dikunjungi orang untuk dibaca maupun selalu capek karena sering di log in. Beberapa cerita yang saya tulis entah itu kisah galau dalam percintaan (ciee) maupun pengalaman saya praktikum di kampus dan cerita-cerita konyol lainnya. Rasanya saya terlalu sibuk untuk hanya membuka website dan menuju blogspot. Saya kangen dengan tulisan-tulisan saya yang dulu, dengan cerita-cerita dimana setelah kejadian rasanya netbook harus saya bawa untuk segera menulis kejadian tersebut. Namun sekarang, untuk berpikir saja yang terpikirkan malah "tunggu lah sebentar, nanti juga saya akan menulis, kok". Alasan yang terlalu klasik sebenarnya.