Pages

Selasa, 14 Januari 2014

Pikiran, Hati dan Perempuan

Pada saat hati tak ingin dipaksakan untuk menceritakan kisah yang sebenarnya sulit untuk diungkap dengan kalimat, saat itu pula pikiran dan hati saling memperlihatkan diri mereka. Manakah yang paling menonjol dan akhirnya akan dipilih untuk mengambil keputusan.
Tak jauh-jauh dari hati, sebenarnya pikiran kita bisa meminimalisir segala hal dari apa yang kita pikirkan dan kita olah untuk menjadi sebuah keputusan. Tapi terkadang hati sering masuk dan mencampuri untuk sekedar mengatakan bahwa "hey, kalian juga sebenarnya membutuhkan aku, bukan?". Disinilah hati dan pikiran mulai bertengkar memperebutkan pilihan dari sang pemilih.

Awalnya hati kurang setuju untuk ikut campur dari setiap apa yang berhubungan dengan pikiran. Tapi entah ada efek mana yang tiba-tiba selalu muncul dan memanggil hati untuk menentukan jawaban. Apalagi itu merupakan pilihan yang sulit dipecahkan dan pikiran tak mampu lagi mengambil sebuah keputusan.

Manusia lah yang selalu mengalami hal kecil semacam ini. Dan mayoritasnya adalah perempuan. Perempuan sering menggunakan hati mereka dibanding pikiran setelah pikiran telah bekerja dengan waktu yang lama.
Perempuan itu sering peka terhadap hal kecil apapun. Dari hal kecil itu timbulah permasalahan baru yang sebenarnya itu bisa diselesaikan tanpa harus menggunakan hati. Dan ujung-ujungnya perempuan suka kesulitan menentukan jawaban dari hasil pemikiran pikiran. Akan ada dua jawaban yang melayang. Apakah akan mengikuti jawaban pikiran atau hati?
Memang, hati paling identik dengan perempuan. Aku pernah membacanya tapi aku lupa dimana artikel itu kubaca.
Cobalah mengerti sosok perempuan yang sering mengandalkan hati mereka dibanding pikiran. Karena tanpa hati, mereka akan cepat meninggalkan hal kecil yang mungkin tak berarti lagi bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar