Pages

Kamis, 11 Desember 2014

Waktu Lowong

Hari ini matahari bersinar terlalu indah sampai ia lupa bahwa penghuni bumi merasakan hawa panas akibat pancaran sinarnya yang menyengat. Ini bulan desember tapi entahlah kenapa cuacanya bisa sepanas ini. Tak ada hal lain yang bisa ku lakukan sendirian di rumah. Terlalu sepi untuk melakukan aktifitas bahkan sekedar berjalan dari kamar ke ruang nonton. Menyanyi sendirian apalagi.


Kadang aku berpikir bahwa menjalani kegiatan seperti kuliah memang banyak menyita banyak waktu. Bahkan untuk sekedar istirahat harus bisa menggunakan waktunya dengan baik. Setelah perkuliahan selesai dan hanya menghabiskan waktu lowong untuk berlibur kadang merasa bosan karena di sisi lain kita merindukan kesibukan. Tapi setelah itu aku berpikir lagi bahwa, setelah ini dunia co-ass akan segera tiba. Waktu yang dipakai tak hanya lagi untuk bersenang-senang tapi bersusah-susah. Perjuangannya masih belum berakhir.
Jadi, nikmatilah kelowonganmu selama kesibukan belum menghampirimu. Kocak banget pesannya. Kayak Mario Teguh aja. Tapi di sini aku tidak berencana untuk menjadi seorang Maria Tegar.

Selasa, 09 Desember 2014

Skenario Hidup

Berbagi pengalaman hidup bersama orang yang kita percaya adalah salah satu cara melepaskan beban yang selama ini menempel di hati kita. Entah itu pengalaman yang baik, buruk, bahkan lucu. Menceritakan hal yang menurut kita harus diceritakan kepada orang lain memang rasanya seperti membuka aib sendiri. Tapi kembali lagi, aib yang seperti apa dulu yang harus kita ceritakan.

Dalam hal ini, aku ingin bercerita tentang pengalaman seseorang yang sangat aku kenal. Kita mempunyai hobi yang sama dalam hal kedisiplinan, kebersihan, dan segala tetek bengek dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Suatu hari ia bekerja di salah satu kampus swasta yang berada di Kotamobagu, tempat kami tinggal sekarang. Ia menjalani kegiataan sehari-harinya sebagai dosen sekaligus pengurus di kampus tersebut. Bertahun-tahun mengajar sebagai dosen sekaligus mengurus segala kegiatan di kampus hingga menghabiskan waktu sehari untuk rela memberikan pengetahuan serta tenaga bagi keberhasilan dan kesuksessan di tempat tersebut. Lika-liku cerita yang telah ia terima, selalu berhasil memberikan jalan keluar baginya.

Sampai suatu ketika, ia mulai mendapat masalah yang kali ini di luar dugaan. Cerita yang ia dengar mulai mengganggu dirinya. Bertubi-tubi cerita yang masuk selalu membuat hatinya geram dan membuat otak berpikir bahwa "kenapa harus seperti ini?". Tak ada lagi sahabat yang bisa membantunya untuk menyelesaikan masalah itu bersama.

Dari situlah ia berpikir untuk berhenti sebagai pengurus kampus di tempat tersebut dan hanya menjalani tugasnya sebagai dosen. Rezeki tidak akan hilang jika Tuhan sudah berkehendak. Jalan yang ia pilih merupakan keputusan terakhirnya untuk bisa menghindar dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti mereka. Aku sebagai orang terdekat merasa bahwa, kejadian seperti itu harusnya ada balasannya bagi mereka. Rasanya tidak adil saja bahwa setiap masalah mempunyai akhir yang bisa diselesaikan dengan baik-baik. Tapi dalam skenario yang Tuhan berikan ini rasanya terlalu senang bagi mereka yang suka menindas. Lihatlah bagaimana kerja kalian sampai akhirnya bisa membuat orang lain menjadi korban atas rencana busuk yang muncul dalam otak kalian.

Selasa, 04 November 2014

Sapaan Singkat

Tulisan ini dimulai ketika saya sedang asyik memikirkan bahwa hal apa yang seharusnya saya tulis semenjak beberapa bulan sempat hilang dari dunia blogger. Hari demi hari telah saya lalui hingga sampai pada bulan November yang sebentar lagi akan bertemu dengan Desember kemudian tahun baru. Bukan hal yang gampang melepaskan begitu banyak peristiwa dan kenangan pada tahun ini. Kenangan itu tidak akan hilang, namun kita hanya bisa mengingatnya saja. Sedangkan peristiwa di sini, menurut saya tahun ini memberikan banyak pelajaran, hikmah bahkan cobaan yang datang dengan berbagai macam cara.

Hari ini, saya begitu rindu dengan blog ini. Entah. Mungkin sudah lama tidak disentuh.

Minggu, 24 Agustus 2014

Pendamping Wisuda

Masih ingat dengan tulisanku yang ada di buku LDR? Masih ingat judulnya apa? Atau paling tidak intinya saja, masih ga?
Oke, aku ga harus paksa kalian buat ingat tentang isi dalam buku itu. Buat teman-teman yang belum baca atau sudah baca tapi lupa, nih aku kasih link-nya biar kalian bisa mengingat lagi isi tulisanku dalam buku itu. Ini Bukunya .. Judulnya "LDR dan Backstreet" hal. 91.

Di dalam buku itu aku bercerita mengenai pengalaman pacaran jarak jauh dan juga masih sembunyi-sembunyi terhadap orang tuaku. Sulit rasanya untuk menjalin sebuah hubungan dan masih dalam pengawasan ketat orang tua. Belum juga kalau si pacar ngotot mau dikenalin sama orang tua dari pasangannya.
Empat tahun kami backstreet dari orang tuaku. Ketika akhirnya aku melangsungkan wisuda pada hari kamis kemarin, dia datang menghadiri acara wisudaku. Aku masih deg-degan karena takut mungkin akan dimarahi atau tidak. Seiring berjalannya waktu, orang tuaku memberi respon kepadanya tapi masih sebatas jabat tangan saja. Mungkin mereka tidak mau memperlihatkan keakraban langsung kepada seseorang yang merebut hati anak mereka. Orang tuaku terlihat datar saja ketika dia datang. Bukan tidak suka, namun begitulah wajah mereka.
Ketika kami beranjak dari auditorium hendak ke studio untuk melakukan sesi foto keluarga, aku hendak bertanya kepada mamaku apakah dia bisa datang menyusul ke sini? Dan BING, mamaku merespon dengan baik dan langsung mengatakan "iya". Seketika aku senang dan tak tahu harus berbuat apa lagi. Belum lagi papaku yang ternyata memberi respon yang baik ketika memperlihatkan fotoku, dia, dan dua temanku yang datang saat masih di auditorium.
Satu jam lebih menunggu untuk tiba pada nomor antrian kami, akhirnya nomor tersebut dipanggil ke atas untuk melakukan sesi foto keluarga. Tak kusangka dia yang sebelumnya mengatakan untuk pergi beberapa menit ke mobil temannya tiba-tiba sudah datang ka dalam studio bersama keluargaku yang lain. Kami melakukan foto bersama dan berlangsung khidmat. Alhamdulillah.

Memang terkadang kita berpikir bahwa waktu yang akan menjawab semua pertanyaan atas kejadian yang sedang terjadi. Dan ternyata itu benar. Seiring berjalannya waktu, backstreet itu hilang. Sekarang aku rasa mengatakan sejujurnya bahwa aku memang sudah punya pacar lebih baik daripada terus menyembunyikan hal ini. Yah, mungkin karena aku sudah menyelesaikan studiku, jadi orang tuaku berpikir bahwa aku telah dewasa.
Buat teman-teman yang pacaran sembunyi-sembunyi dan masih takut untuk mengatakan langsung kepada orang tua, bersabarlah. Karena ketika kalian sabar dan membiarkan berjalan begitu saja, maka dengan sendirinya hal yang baik akan terjadi. Asal kalian emang bersungguh-sungguh. Hati-hati, kuliah pacaran sama siapa, pendamping wisuda bareng siapa haha. Fighting ^-^

Sabtu, 23 Agustus 2014

Pesta Toga

WISUDA

Apa yang terlintas di kepala ketika kalian mendengar kata wisuda? Yang pasti Toga, bukan? Selain itu berdandan, semi kebaya, high heels dan segala tetek bengek rempong yang bakal dipakai disaat hari tersakral dalam hidup ketika kita menyelesaikan studi S1.
Bangga? Pasti. Apalagi didampingi orang tua yang datang jauh-jauh demi menghadiri upacara wisuda anaknya tercinta. Bukan waktu yang singkat untuk meraih satu kata itu. Perjuangan, keringat, capek, sabar, air mata, dan uang tidak bisa terganti ketika nama kita dipanggil dalam sebuah gedung yang dihadiri oleh banyak orang untuk menerima ijazah yang diberikan langsung oleh rektor.

Dua hari yang lalu, saya telah meraih kata itu. Wisuda.
Masih terasa bahwa ini mungkin hanya mimpi. Tapi dokumentasi berbentuk gambar manusia yang ada dalam satu lembar biasa disebut foto tidak dapat berbohong bahwa wajah saya sedang terpampang di sana. Empat tahun sudah saya lewati untuk meraih gelar S1. Tak terasa, tak menyangka bahwa saya sudah wisuda.

Kamis, 21 Agustus 2014.
Rizka Herlina Damopolii, S.KG

Gelar itu akan terus berada di belakang nama saya. Gelar itu bukan sekedar gelar yang hanya diraih seperti meraih buah strawberry. Alhamdulillah.



Rabu, 02 Juli 2014

True Incident

Tak terasa seminggu yang lalu kejadian itu terjadi. Suatu peristiwa yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dimana kejadian itu telah direncanakan tepat dua minggu sebelum terjadi. Ini bukan suatu kebetulan, tetapi suatu yang direncanakan.

Kesenangan yang saat itu dirasakan bukan hanya sesaat. Ini bukan tentang siapa melainkan demi siapa.
Kesenangan saat itu tak bisa dibayar atau dibeli dengan mata uang apapun.
Kesenangan itu tercipta karena kita mencari, karena kita memilih, karena kita mencoba, dan karena kita merasakan.
Kesenangan itu membuat semua yang ada dalam otak kita bergeser untuk memberi ruang kepadanya agar bisa dinikmati bersama. Begitu cepat, begitu tersimpan dengan rapi, dan begitu terasa.

Tak sabar hati ingin menjemput kesenangan itu untuk selamanya.
Kesenangan yang akan berjalan terus tanpa dihalangi apapun.
Kesenangan yang akan membuat otak ini berhenti menguras dan mencari kesenangan itu sendiri.

Berkat kejadian itu, kini ku bisa nikmati arti dari kesenangan itu.
Berkat kejadian itu, kini ku bisa menyimpan dengan indah setiap peristiwa yang terjadi saat itu.
Berkat kejadian itu, kini ku punya sesuatu yang bisa kutulis dan ku abadikan walau hanya lewat tulisan ini.
Berkat kejadian itu, kini ku tahu bahwa demi siapa aku melakukan hal ini.

Terima kasih.

Kamis, 05 Juni 2014

Kegiatan Kampus Hari Ini

Sedang duduk di kampus sambil menunggu kedatangan dosen pembimbing untuk revisi skripsi. Terima kasih sebelumnya kepada Jehuda yang telah meminjamkan laptop mininya untuk gue gunakan pagi menjelang siang ini.

Sambil menulis sambil mendengar teman di sebelah gue yang semangat banget nonton youtube tentang kedatangan Running Man senin kemarin, Myrtle, Debby, dan Tara. Suasana kampus hari ini masih tergolong golongan "sepi" dari mahasiswa dan para dosen. Mungkin mahasiswanya masih belum bangkit setelah melaksanakan ujian proposal maupun revisi-revisi lucu nan cukup menguras pikiran dan tenaga. Sedangkan dosen, mungkin sedang capek menghadapi mahasiswa yang mukanya penuh dengan ekspresi memohon. Inilah interaksi para mahasiswa tingkat akhir dan dosen di kampus. Kedengaran lucu tapi mengasihankan. Bukannya apa-apa, tapi inilah hidup. Kita tidak akan menjadi sesuatu tanpa kita tidak melakukan. Karena semuanya akan tetap menjadi "menjadi".

Di depan mata memandang, terlihat tiga orang teman sekelas yang duduk-duduk saja dengan pengharapan yang banyak untuk segera bertemu dosen pembimbing, Jehuda, Herlina, dan Lia. Kemudian Tara yang berjalan ke arah tempat gue duduk yang sedang sambil melayangkan kalimat-kalimat ini dengan ekspresi yang entahlah. Mungkin dia lagi menunggu kedatangan pacarnya. Dan akhirnya dia memilih duduk di samping gue untuk melakukan aktifitas ga penting sesuai kesenangannya sendiri. Karena hidup emang pilihan. Pilihan untuk melakukan apapun yang mereka mau.

Masih mengenai kegiatan di kampus. Terdengar suara dokter Michael di balik tembok lift yang tidak berfungsi lagi, sedang mengarahkan suatu hal penting kepada mahasiswa semester 6 mengenai KRS mungkin. Mungkin iya, karena gue ga terlalu mendengarkan dengan baik.

Kemudian, si Devista dan Putri yang datang dengan membawa sekantong plastik berisikan kue Brownies Amanda. Kue basah yang sedang booming masuk ke wilayah Manado karena belum ada tempat penjualannya yang menetap.  Terus yang dibeli itu dimana dong? Pastinya di mobil-mobil pick-up yang biasanya diparkir di depan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dengan harga yang lumayan menguras dompet bagi anak kos, membeli sekotak kue brownies menurut gue harus berpikir keras diiringi dengan uang yang bakal gue keluarin untuk keperluan skripsweet gue tercinta. So sweet. Namun tak harus berpikir keras sampai berkeringat, karena gue lebih memilih jogging daripada gym.

Sekian cerita pendek hari ini. Semoga bisa bertemu pembimbing hari ini.

Senin, 28 April 2014

Seminar Proposal

Hampir empat tahun aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan.
Hampir empat tahun aku berada di salah satu universitas negeri di Manado yang bernama Universitas Sam Ratulangi.
Hampir empat tahun aku menimba ilmu di Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi.

Empat tahun bukan hal yang singkat untuk menjalani seberapa sulit atau mudah kita kuliah. Kuliah yang diartikan kebanyakan orang yaitu menuntut ilmu sampai setinggi langit itu akan begitu rumit jika kita tidak menjalaninya dengan senang hati. Yah, coba pikirkan jika kita mendapat segudang tugas dan dipikiran hanya main-main saja. Otomatis semuanya akan lebih rumit dan lama untuk selesai, bukan?

Rabu, 23 April 2014. Pukul 09.30 WITA.
Hari dimana aku mengikuti seminar proposal. Hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah selama aku menimba ilmu untuk mendapat gelar S1. Seminar proposal yang tidak aku bayangkan sebelumnya akan seperti itu. Tadinya hanya menjadi khayalan dan kemudian menjadi kenyataan. Itu bukan hal yang main-main melainkan hal yang serius. Setelah melewati beberapa revisi kepada pembimbing 1 dan pembimbing 2, akhirnya bisa disetujui dan mengikuti ujian. Dan inilah hasilnya..








Ujian yang berlangsung selama kurang lebih setengah jam ini sangat memuaskan. Ga disangka kalau aku bakal ujian secepat itu. Selesai presentasi, banyak masukan yang diberikan pembimbing dan penguji. Termasuk digantinya judul penelitian serta perubahan beberapa tulisan dalam naskah.

Maka, pada tanggal 23 April 2014 mahasiswa atas nama Rizka Herlina Damopolii, NRI 100113046 dengan judul penelitian "Gambaran Pengetahuan Mengenai Menyikat Gigi Malam Sebelum Tidur Pada Anak Umur 10-12 tahun di SDN 04 Bilalang" LAYAK untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Alhamdulillah.
Terimakasih kepada dosen pembimbing:
1. drg. Paulina N. Gunawan, M.Kes, Sp.KGA
2. drg. Dinar A. Wicaksono, Sp.KG

Serta terimakasih kepada dosen penguji:
1. dr. Damajanty H. Pangemanan, M.Kes, AIFM
2. drg. Joenda Soewantoro.

Senin, 31 Maret 2014

Aku anak semester DELAPAN

Wuah, setelah sebulan lalu terakhir update blog akhirnya sekarang bisa nulis lagi. Bertepatan hari ini Nyepi dan libur, jadi gue masih menyempatkan diri untuk nulis non formal setelah beberapa hari yang lalu gue bergelut sama proposal/skripsi yang menggunakan bahasa formal.
Yah, akhirnya 2014 ini gue sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan tugas akhir dari perkuliahan ini. Perkuliahan yang kata dari beberapa dosen hanya sebagai formalitas untuk mencari gelar, mencari absen, dan tuntutan orang tua pastinya. Sulit sekali untuk dimengerti bagaimana menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan rintangan.

2014.
Target gue untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi. Menyelesaikan S1 terkadang membuat kita tahu bahwa, "ternyata kuliah itu gak gampang". Kenapa? Orang tua itu susah nyari duit dari pagi sampai malam cuma karena ingat anaknya yang lagi kuliah. Terkadang kita sebagai anak kos juga turut merasakan gimana susahnya jadi orang tua menjelang tanggal tua. Kiriman uang sering terlambat dan bahkan makan pun susah. Tapi berkat pembelajaran itulah yang bikin gue masih bertahan sampai sekarang karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk hidup, makan, bernapas dan tentunya mandi.

Sekarang gue udah semester delapan. Itu artinya sebentar lagi gue akan melepas nama kosong ini dan diisi dengan gelar yang telah gue raih sendiri. Walaupun sekarang masih dalam proses revisi proposal sebelum ujian, semoga itu akan berjalan baik dan dosennya akan memberikan bimbingan yang terbaik selama proses ini hingga akhir.

Di kampus gue "Kedokteran Gigi", ada delapan pilihan stase untuk masing-masing mahasiswa mau pilih yang mana saat penyusunan proposal. Pilihan stase itu antara lain:
1. Orthodonti = kawat gigi.
2. Konservasi Gigi = mempertahankan dan mengembalikan fungsi normal gigi, just like merawat gigi itu dari rusak banget hingga bagus banget.
3. Bedah Mulut = ilmu tentang perawatan seperti cabut gigi, pencabutan gigi yang sulit, memperbaiki patah dan keretakan pada tulang rahang, dll.
4. Prosthodonti = tentang bagaimana membuat gigi tiruan lepasan maupun gigi tiruan cekat (gigi palsu lepasan dan permanen lah istilah awamnya).
5. Pedodonti = ilmu yang mempelajari tentang bagaimana menangani pasien khusus anak-anak.
6. Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
7. Periodonti = ilmu yang mempelajari bagaimana menangani kasus yang berhubungan dengan jaringan periodontal pada gigi.
8. Ilmu Penyakit Mulut.
*kalau belum jelas banget nyari internet aja yah*

Dalam hal ini gue memilih bagian Pedodonti. Kenapa? Karena gak tahu kenapa tiba-tiba gue suka anak-anak daripada harus menangani pasien orang tua. Padahal sebenarnya mending orang tua kan daripada anak-anak. Apakah ini karma? Sebenarnya gue suka anak-anak, tapi anak-anak yang gimana dulu. Kalau dia rewel sih ogah. Tapi ga semua anak penurut kan? Makanya, penelitian nanti gue bakal meneliti anak-anak SD yang berumur 10-12 tahun. Karena menurut para ilmuwan bahwa, umur tersebut sudah mulai menginjak umur yang lebih dewasa daripada umur 5-7 tahun. Anak pada umur 10-12 tahun merupakan umur dimana anak sudah mulai mengetahui bagaimana membedakan antara hal yang menurutnya baik atau tidak. Sudah mulai berpikir lebih kritis dan lebih bijak mengambil keputusan. Walaupun umur 20-an yang lebih bijak ngambil keputusan yang pasti. Owalah hahaha

Gue mengajukan beberapa judul proposal/skripsi kepada dosen pembimbing. Dan yang beruntung untuk gue tulis dalam word netbook gue adalah "TINGKAT PENGETAHUAN ANAK MENGENAI MENYIKAT GIGI MALAM SEBELUM TIDUR PADA ANAK 10-12 TAHUN DI SDN 04 BILALANG".
Gue sengaja ambil penelitian di tempat dimana gue tinggal. SDnya tidak terlalu jauh dari rumah dan memang jangkauan para tenaga kesehatan untuk melakukan usaha promosi kesehatan di situ sangat kurang sekali. Selain itu, kalau gue ngambil penelitian di situ banyak keluarga yang bisa membantu. Contohnya orang tua yang sejak gue lahir mereka sudah menekuni bidang kesehatan terlebih dahulu. Dengan adanya rezeki dari Tuhan yang memberikan amanah kepada Mama gue sebagai seorang dosen, maka secara tidak langsung gue akan melakukan bimbingan pribadi kepada beliau secara khusus.

Permintaan gue singkat aja, semoga proposal gue akan segera selesai direvisi dan akan berjalan lancar sampai ujian nanti.

FIGHTING BANGET KA, DON'T GIVE UP. KEEP STRONG, CALM, AND PRAY.
AMIN.

Sabtu, 01 Februari 2014

Waktu yang Bicara

Entah benci, entah senang, entah marah, entah kecewa sehingga membuat ia beranjak dari tempat sebelumnya. Dengan wajah yang begitu datar ia meninggalkan tempat itu layaknya meninggalkan sebuah tempat yang tak berpenghuni sama sekali. Layaknya hutan, tempat itu bahkan lebih dari sebuah hutan, menurutnya.

Malam yang dibalut dengan cuaca yang begitu dingin dan berangin saat itu mungkin lebih membuat tekadnya kuat untuk pergi. Tanpa menghitung maju dari satu sampai lima rasanya tak perlu karena ia tidak membutuhkan angka untuk menghabiskan waktu menunggu sampai angkanya selesai dihitung. Dengan modal nekad ia beranjak dan pergi.

Tempat itu berubah menjadi sangat sunyi. Suara cicak begitu terdengar saat ia hendak menangkap mangsanya saking sunyinya. Suara detik yang berjalan dalam sebuah jam tangan kecil juga ikut terdengar. Anda bisa merasakan kesunyian itu bukan?

Keputusan yang diambilnya malam itu meninggalkan jejak yang begitu mendalam. Kenapa ia harus meninggalkan tempat yang sudah begitu bersahabat lama dengannya? Apakah ia tidak memikirkan bahwa kamar itu akan merindukan sosok sepertinya? Kamar yang sudah menampung dari teriknya panas matahari dan turunnya air hujan yang begitu deras selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir semenjak ditinggal ibunya. Begitukah sampai ia setega itu? Apakah ia tidak memikirkan bahwa kamar itu adalah warisan dari ibunya?

Semenjak kejadian itu ia begitu cuek dengan apa yang terjadi dalam dirinya. Saran maupun masukkan dari orang lain dianggapnya hanya sebagai angin yang lewat tanpa harus disimpan dan diingat. Ia tak mengungkit lagi bahkan tak mau tahu lagi. Tak ada yang membahas justru membuat ia merdeka untuk tak lagi menunggunya. Karena ia sosok yang begitu keras dan pemberani untuk mengambil keputusan, maka hanya orang tertentu yang bisa mengalahkan ego sendiri dibanding egonya yang begitu tinggi.

Selasa, 14 Januari 2014

Pikiran, Hati dan Perempuan

Pada saat hati tak ingin dipaksakan untuk menceritakan kisah yang sebenarnya sulit untuk diungkap dengan kalimat, saat itu pula pikiran dan hati saling memperlihatkan diri mereka. Manakah yang paling menonjol dan akhirnya akan dipilih untuk mengambil keputusan.
Tak jauh-jauh dari hati, sebenarnya pikiran kita bisa meminimalisir segala hal dari apa yang kita pikirkan dan kita olah untuk menjadi sebuah keputusan. Tapi terkadang hati sering masuk dan mencampuri untuk sekedar mengatakan bahwa "hey, kalian juga sebenarnya membutuhkan aku, bukan?". Disinilah hati dan pikiran mulai bertengkar memperebutkan pilihan dari sang pemilih.

Awalnya hati kurang setuju untuk ikut campur dari setiap apa yang berhubungan dengan pikiran. Tapi entah ada efek mana yang tiba-tiba selalu muncul dan memanggil hati untuk menentukan jawaban. Apalagi itu merupakan pilihan yang sulit dipecahkan dan pikiran tak mampu lagi mengambil sebuah keputusan.

Manusia lah yang selalu mengalami hal kecil semacam ini. Dan mayoritasnya adalah perempuan. Perempuan sering menggunakan hati mereka dibanding pikiran setelah pikiran telah bekerja dengan waktu yang lama.
Perempuan itu sering peka terhadap hal kecil apapun. Dari hal kecil itu timbulah permasalahan baru yang sebenarnya itu bisa diselesaikan tanpa harus menggunakan hati. Dan ujung-ujungnya perempuan suka kesulitan menentukan jawaban dari hasil pemikiran pikiran. Akan ada dua jawaban yang melayang. Apakah akan mengikuti jawaban pikiran atau hati?
Memang, hati paling identik dengan perempuan. Aku pernah membacanya tapi aku lupa dimana artikel itu kubaca.
Cobalah mengerti sosok perempuan yang sering mengandalkan hati mereka dibanding pikiran. Karena tanpa hati, mereka akan cepat meninggalkan hal kecil yang mungkin tak berarti lagi bagi mereka.

Jumat, 10 Januari 2014

5 Fakta Ika

Owalah, malam ini sebenarnya bingung gitu kan mau nulis apa. Jaringan modem juga tadinya ga sebagus yang dipikirin. Selamat malam dan mari mulai dengan tulisan pertama dalam topik ini.

Kali ini topiknya kembali ke Ika. Artinya Ika yang sebelumnya nge-blog. Selalu menulis apa yang menjadi pengalaman dalam hidupnya. Tapi ini bukan mengenai sakit hati atau senang hati atau sebagainya. Melainkan evertyhing's about my self.
Ada beberapa anugerah yang sebenarnya Tuhan berikan ke gue. Salah satu yang paling berharga itu yaitu hidup dan bernapas. Gimana gue bisa membagi cerita ini kalo gue ga hidup. Itu yang penting. Mulai dari hidup dan bernapas kemudian gue mencari apa lagi hal unik yang Tuhan berikan ke gue. Untuk pemberian semua organ tubuh yang lengkap, semua kebutuhan yang masih bisa langsung dipenuhi itu sih rasanya udah biasa yah. Tapi dalam diri gue, gue nemuin hal yang semua orang ga ada yang seunik ini. Unik? Itu sih menurut gue yah. Kalo kalian mikir itu bukan keunikkan ga apa-apa. Mikir gue gila juga terserah hehe.

So, silahkan kenal gue lebih dekat.

1. Left - Right Handed
Kenapa gue bilang keduanya? Karena emang tangan kanan dan kiri gue alhamdulillah bisa digunain keduanya. Kalo ditanya "mana yang paling kuat". Gue jawab "yah keduanya kuat". Lho, kenapa? Jadi gini ceritanya, waktu kecil gue ngelakuin sesuatu itu pasti dengan tangan kiri. Entah itu makan dan semua hal yang ada sangkut pautnya dengan menggunakan tangan. Ketika gue berumur 6 tahun, Mama tuh udah sering merhatiin gitu kan, suatu ketika gue ambil makan di meja makan kebetulan yang di meja makan itu ada keluarga gue semua. Nah, ditegurlah gue "ambil makan tuh pake tangan kanan jangan tangan kiri" teriak Mama. Setiap gue makan selalu dijaga karena takutnya gue bakal pindah tangan. Saat mereka ga ngeliat gue makan biasanya pikiran kotor gue sering berjalan dan ujung-ujungnya tetap pake tangan kiri. Begitu pula dengan menulis. Dijaga melulu biar gue harus pake tangan kanan. Katanya pake tangan kiri itu ga bagus, ga sopan. Tangan kiri itu kan buat *tiiiit*. Yah begitulah deh omelannya Mama.
Waktu terus berjalan, ga kerasa dengan didikan Mama yang super ketat akhirnya gue bisa pake tangan kanan. Walaupun terkadang sampe sekarang pas mau makan, contonya nasi pake kecap. Gue-nya sering campur nasi dengan kecap itu pake tangan kiri dulu tuh. Nanti mulai makan baru gue alihkan ke tangan kanan. Yah pokoknya kedua tangan ini bisa diandalkan dalam keadaan apapun, alhamdulillah :)

2. Ga Suka Banget Korek Api, Asbak, Pembungkus Rokok, Rokok
Jadi semua jenis yang berhubungan dengan rokok dan sebagainya itu gue ga suka. Bukan karena gue sebagai cewek yang mayoritasnya kan emang ga suka rokok, tapi gue lain. Maksudnya dengan benda-benda ini adalah gue jijik sama semuanya. Pegang aja gue ogah. Pernah nih yah, waktu kelas 2 SMP gue dikejar teman pake batang korek ditangannya. Awalnya larinya cuma disekitar sekolah doang, lah langsung gue keluar area sekolah sampe ke luar jalan raya demi menghindar kejaran liar itu.
Kenapa gue jijik? Karena waktu gue belum lahir ke dunia, Mama waktu hamil paling ga suka sama bau asap rokok. Tapi menyebar yah? Bukan cuma asap rokok tapi semuanya yang berbau rokok. Mulai dari koreknya hingga asapnya, puntungnya, asbaknya dan semuanya. Gue jijik.
Eh, ujung-ujungnya dapat pacar yang sering ngerokok. Apa boleh buat. Kalo kita udah berumah tangga, ingat komitmen yah? Di rumah kita ga boleh ada asbak apalagi rokoknya :)

3. Tetap Berpegang Teguh Sama Kebiasaan
* Kebiasaan sehari 2 kali mandi. Dalam keadaan apapun namanya ada mandi pagi atau siang, tentunya ada mandi sore atau malam.
* Kebiasaan nyisir rambut sebelum tidur
* Kebiasaan pake minyak wangi sebelum tidur kalo bajunya belum dipakein minyak wangi selesai mandi
* Kebiasaan pake minyak telon sehabis mandi (entah itu pagi atau siang), sebelum tidur, dalam keadaan dingin, ataupun badan pegal-pegal
* Kebiasaan tangan, kaki, muka, mulut harus benar-benar bersih sebelum tidur. Atau minimal tangan ga boleh kering sebelum tidur. Harus lembab karena dinginnya air dan hangatnya minyak telon
* Kebiasaan sering kebelet di tengah perjalanan jauh. Jadi hobinya sering mampir SPBU buat buang air kecil
* Kebiasaan ga suka liat ruangan yang berantakan apalagi seprei tempat tidur yang ga diganti-ganti lewat dari 2 minggu
* Kebiasaan ga konsisten sama keputusan sendiri. Nah, kalo ini jangan ditiru. Berbahaya.
Ribet yah? Tapi gue menikmati banget dengan kebiasaan itu. Kalo ga dilakuin rasanya bukan Ika, hahay.

4. Sweet Child
Jadi gelar ini baru gue terima sejak dua bulan yang lalu. Tami dan Napsia sapaan mereka. Kedua kerabat gue ini emang suka banget begadang. Gue juga sih, tapi tergantung keadaan dan seperti biasa, mood booster. Suatu malam, kita lagi nongkrong di kosan tepatnya di kamarnya Napsia. Waktu udah menunjukkan pukul 11 malam. Gue pamitan balik ke kamar duluan karena besoknya emang ada kuliah. Sampai seterusnya kalo alasannya pengen cepat tidur atau ada hubungannya dengan tidur nah disitulah awal mula gelar ini diberikan ke gue. Karena tukang tidur. Oh, God. Apa ini?

5. Suka Ngupil dan Suka Buang Angin Sembarangan
Dimana pun berada, kalu idung gue terasa susah banget keluar napasnya yah otomatis jari telunjuk gue bakal dengan otomatis naik ke atas dan masuk ke dua gua itu untuk menggali emas. Dalam keadaan apapun. Tapi pake trik dong. Ga lucu kan kalo lagi beradepan sama dosen terus kita ngupil? Ga sopan tauk :)
Buang angin atau biasa dibilang kentrut ini adalah hal paling fatal untuk ditahan. Kebayang kan kalo kita nahan angin yang pengen keluar. Bawaannya suka ga konsentrasi, perut rasanya jadi kembung, pikiran melayang, badan keringatan. Ah, bagi yang suka nahan silahkan. Kalo gue sih lebih pilih dibuang gasnya daripada ditahan. Siapa tau semut lagi butuh oksigen banget kan, terus kita cuma nahan di dalam perut aja. Kasih mereka udara :p
Lebih pilih mana, buang upil dan angin sembarangan atau buang sampah sembarangan?

Udah. Keunikkannya yang kepikiran baru segitu. Kayaknya emang ada yang kelupaan. Tapi masih lupa, hehe. Nanti dibahas lagi deh di cerita selanjutnya. Udah tahu sedikit mengenai Ika, kan? Jadi kalo pun ada yang baca ini, jangan sungkan-sungkan nanya, kenapa sih bisa gitu? Kan jawabannya udah ditulis, gimana sih, haha. Kalo yang masih kurang ngerti yang gampang, mention aja di @ikaaherlina .. Bakal gue jawab kok. (ngarep banget ada yang mention, haha).
Oke, sekian dulu cerita malam ini. Selamat malam ^^

- Topiknya terinsiprasi dari tulisannya Kak Indi. Thank you so much, Kak :") -

Selasa, 07 Januari 2014

Pendesakkan

Sambil duduk di tempat tidur dan sedikit bermain dengan boneka-boneka campuran, hujan masih terdengar jelas dari jatuhnya bulir-bulir air ke atap sebuah kossan yang berukuran (entahlah aku tak tau pasti, yang jelas masih bisa ditempati oleh seorang gadis yang sedang merantau demi sebuah cita-cita). Bicara soal hujan, sebenarnya ga ada sangkut pautnya sama hujan. Yang ada hanyalah cerita sedikit dengan ditemani suara hujan.

Hari ini, aku bertemu dengan sebuah kata yang sebenarnya aku bosan untuk mendengar bahkan melakukannya. Sebut saja kata itu "sensor". Belakangan ini hampir setiap saat aku sering mendengarnya. Mendengarkan saja udah bikin enek apalagi ngelakuinnya. Kata "sensor" itu sendiri terlalu dipaksakan atau didesak oleh si pemaksa sehingga yang dipaksa merasa itu adalah tindakan kriminalisasi. Bicara soal kepribadian memang masing-masing orang itu berbeda. Dengan adanya perbedaan itu dan menjadi tahu mengenai kepribadian masing-masing harusnya kita lebih paham bagaimana sikap orang lain ketika dia ingin menolak sesuatu itu misalnya. Jangan hanya memikirkan diri sendiri. Setidaknya kita harus melihat dari pandangan orang lain seperti apa. Apakah dia suka atau tidak suka tergantung si penjawab mau yang mana. Hidup emang pilihan. Tapi bagaimana cara kita untuk membuat bahwa pilihan yang kita pilih adalah jawaban yang tepat.

Jalan cerita hari ini terlalu ekstrim. Aku orangnya emang suka ga sabaran. Tapi dalam arti sabaran yang gimana dulu. Sabaran pada tempatnya aja. Ga usah terlalu dibuat-buat. Ribet.