Pages

Rabu, 08 Februari 2012

Ada Dia Dimatamu

Dari kejauhan aku sudah bisa menangkap titik bayanganmu. Aku makin memperjelas bahwa itu kamu. Aku mengucek mataku untuk meyakinkan bahwa itu benar kamu. Kamu bukan fatamorgana kan?

Aku berdiri tegap. Membenarkan lagi kalau itu memang kamu. Aku kucek sekali lagi. Dan ternyata benar. Itu kamu.

Kamu semakin mendekat, mendekat,  mendekat. Langkahmu semakin cepat, cepat bahkan kerikil di jalan sepertinya tak kau injak lagi.

“Hei, ada apa denganmu? Kenapa larimu begitu cepat? Apa kamu pakai sepatu roda?” Teriakku.

Semakin mendekat, aku semakin heran. Kenapa dengan makhluk ini? Apa dia adalah seorang atlit pelari tercepat di dunia? Atau dia sedang ikut lomba lari lagi?
Oh tidak, aku melihat ada benda tajam di genggaman tangannya. Aku akan di bunuh olehnya, aku akan di lahap oleh makhluk ini. Jangan-jangan dia kanibal. Bendanya tajam sekali. Astagaa, aku tidak mau mati karena di lahap seorang manusia juga. Nanti di bilang tetangga, “meninggalnya kok gak elit banget, ketabrak kek gitu. Nah, ini di makan manusia juga.”
Oh, aku tidak mau di bilang seperti itu.

Aku tersadar lagi. Orang itu tidak lama lagi akan mendekati tubuhku, jiwaku dan ragaku. Siapa dia? Pacarku kah? Tidak, pacarku tidak berotot seperti ini. Atau dia Superman? Tidak, Superman pakaiannya tidak sejantan yang ini.

Semakin dekat, aku berpikir bakal lari atau tetap berada di mana tempat aku berdiri sekarang. Aku galau. Lari, tidak, lari, tidak,lari, tidak?
2 pertanyaan konyol ini yang membuat aku berpikir akan segera menghembuskan napas terakhir di tempat ini.

Tidaaaakkkkkkkk.

Tangannya meraih tanganku, di tariklah aku di genggamannya dan berkatalah dia, “ada dia di matamu.” *slow motion*

Dia sembunyikan aku di belakang badannya. Oh tidak, aku akan di bunuh dengan sangat dramatis. Setelah aman terkendali, aku sadar aku masih hidup.

Saat itu aku bertanya, siapa dia dan kenapa dia bergaya seperti astronot?

“Aku di takdirkan untuk menyelamatkan nyawa seseorang.” Jawabnya sok cool.

“Emang kamu siapa? Kamu nyelamatin aku? Wahh.” Tanyaku pede.

“Aku Terminator.”

Hening.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar