Pages

Kamis, 21 Februari 2013

Apa Ini Berpikir?

Sejenak kupandangi bulir-bulir debu yang tertata rapi di meja milik sang pemberi mata kuliah. Tanganku menahan dagu sembari melotot ke arah meja dengan memberikan pandangan kosong dan bibir tertutup rapat. Meja yang terbuat dari kayu dilapisi dengan cat berwarna merah bata. Entah kenapa aku terpikir para tukang begitu kreatif sehingga bisa membuat meja sebagus itu walaupun hanya diletakkan kertas-kertas, buku, laptop bahkan LCD.
Pandanganku belum beranjak dari meja itu. Masih berpikir bahwa meja itu kotor. Belum ada salah satu temanku yang mau membersihkan meja itu. Tidak perlu teman, aku berkaca pada diriku sendiri, "kenapa bukan aku?" Pertanyaan itu sekarang yang tiba-tiba beradu dalam pikiranku. Ini bukan masalah siapa yang bakal jadi juara kelas kalau ada yang membersihkan meja, tapi ini masalah kebersihan yang aku pun begitu benci dengan debu.

Sambil melotot ke arah meja, tiba-tiba pikiranku terganggu dengan kehadiran kata TEMAN. Apa sih teman? Mendengar kata itu, pikiranku langsung menuju ke satu oknum yang mewakili banyak orang di dalamnya. Satu titik dimana orang itu yang kupilih sebagai objek pikiranku sekarang.
Pikiranku yang awalnya bak bisa menghasilkan oksigen untuk banyak orang, tapi ketika muncul satu nama orang itu, tiba-tiba oksigen itu bak karbon dioksida yang memberikan racun fatal bagi semua orang. Satu nama itu begitu terdengar jelas ketika ada temanku yang tiba-tiba menghampiri dan menyadarkanku dari lamunan tersebut. Oh, kupikir ini bagus. Sehingga tidak ada lagi dia yang selalu kupikirkan tanpa ada kejelasan pada akhirnya.
Ruangan ber-AC yang memuat hingga 109 mahasiswa plus satu dosen, ruangan yang sedari tadi memancarkan hawa sejuk dan suara-suara kecil maupun teriakkan yang terdengar dari depan bahkan belakang telah menganggu inspirasi pikirku. Belum ada jawaban atas ketidakpastian pikiranku. Sejak setengah jam lalu lamunanku belum terarah sama sekali. Random dan belum menemukan titik kejelasan ada atau tidak. Seperti akhir dari tulisan ini. Masih random dan belum terpikirkan.
Sejenak aku berpikir untuk menulis, tapi yang kutulis ini adalah hasil pikiranku. Apa ini masih dibilang berpikir? Berpikir untuk memikirkan apa yang ada dalam pikiran kita. Semoga kita selalu berpikir.

Salam hangat,
ikarizka.

Senin, 04 Februari 2013

Ini Bukan Keluhan

Pagi menjelang siang di kediaman kostan Wisma Putri Teratai Mas kamar nomor 17. Seorang anak perempuan berusia 21 tahun 29 hari yang memulai tulisannya di sebuah blog pribadi miliknya "Chibi Maruko Chan".
Pagi itu cuaca masih labil. Terkadang hujan turun, lalu matahari mengeluarkan senyumnya dengan sumringah. Betapa eloknya cuaca sehingga membuat anak perempuan ini memutuskan untuk memulai tulisannya.
Kalimat demi kalimat mengalir mengiringi gerakan jari-jari di atas tuts-tuts keyboard netbook yang ia miliki. Ini bukan sebuah cerita cinta atau dongeng Tinkerbell, melainkan tulisan yang menggambarkan betapa indahnya menulis diiringi kalimat yang sebelumnya belum tertera dalam pikiran.

Pulpen, snowman marker, handphone N70, hand and nail cream, jam Panda, tempat tissue Pharmaton, recehan yang berjumlah 600 rupiah, aqua botol, catatan bisnis, model gigi, dental floss, celengan, witu, tempat pensil, serta partikel-partikel kecil yang bertiduran di atas meja memberikan keramaian tersendiri di atas meja berukuran sedang ini.
Disela-sela menulis, Blackberry kesayangan yang didapat dengan susah payah berbunyi tanda bbm masuk dan grup dari online shop milikku. Ku tengok sebentar ternyata teman kampusku dan teman SMA-ku. Ku balas sebentar dan kembali duduk di kursi plastik yang tidak ada sandaran punggungnya. Terkadang memang punggung ini selalu pegal apabila duduk berjam-jam di kursi ini untuk membuat apa saja yang berhubungan dengan menulis, mengetik atau apa pun itu.
Tidak ada keluhan namun yang ada hanya penderitaan. Sabar? Iya, hanya itu yang bisa.